Globalisasi perdagangan bebas
diseluruh dunia, yang secara langsung berpengaruh terhadap kondisi perekonomian
suatu negara. Persaingan global mendorong pemerintah lebih memperhatikan
berbagai aspek, khususnya aspek ekonomi. Era globalisasi sendiri merupakan
sesuatu yang positif, dalam pengertian sebagai proses di mana ekonomi semua
negara saling berinteraksi secara timbal balik satu sama lain, dan dengan
demikian memberi peluang bagi masing-masing Negara untuk mengembangkan dan
meningkatkan ekonominya. Proses globalisasi sendiri dapat diidentifikasikan
dalam lima ciri pokok yaitu : pertumbuhan transaksi keuangan internasional yang
cepat; pertumbuhan perdagangan yang cepat; gelombang investasi asing langsung
yang mendapat dukungan luas dari kalangan perusahaan trans-nasional; timbulnya
pasar global; penyebaran teknologi dan komunikasi yang semakin canggih.
Masuknya Globalisasi di bidang ekonomi
dan informasi tidak dapat dihindari, begitu juga dengan pasar keuangan.
Kemajuan teknologi dan adanya komunikasi yang semakin cepat mendorong
terjadinya integrasi pasar-pasar keuangan diseluruh dunia ke dalam pasar
keuangan internasional. Kemajuam sistem telekomunikasi yang menghubungkan
secara langsung pelaku pasar di
seluruh dunia sehingga transaksi
dapat dilakukan tidak hanya dalam hitungan hari atau jam tetapi sudah menit,
bahkan detik. Perintah-perintah penjualan atau pembelian dilakukan secara cepat,
sehingga banyak perusahaan dan investor dapat memonitor pasar-pasar global.
Kebanyakan perusahaan-perusahaan
Multinasional berusaha memperoleh dana dari pasar valuta asing, karena dianggap
bisa memberikan dana yang besar. Perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba
menanamkan investasinya pada pasar valuta asing, agar mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Pasar valuta asing ini menjangkau seluruh bagian dunia, dimana
harga-harga mata uang senantiasa bergerak setiap saat. Harga dari satu mata
uang dalam mata uang lain merupakan hasil dari kekuatan penawaran dan
permintaan. Peranan dollar Amerika (US$) di dalam pasar valuta asing memiliki
kedudukan yang khusus sebagai mata uang internasional atau mata uang penggerak
dan mendenominasi transaksi-transaksi internasional.
Pasar valuta asing hanya dipengaruhi
oleh tingkat pembelian dan penjualan untuk mendukung perdagangan yang
sebenarnya dalam barang dan jasa, akan mudah untuk memperkirakan kurs mata uang
asing. Sayangnya, terdapat banyak kekuatan dan motif lain yang mempengaruhi
pembelian dan penjualan mata uang. Arus modal jangka pendek dan jangka panjang
serta pembelian dan penjualan spekulasi merupakan sumber yang besar dari
penawaran dan permintaan akan mata uang asing.
Nilai sebuah mata uang, yakni nilai
tukarnya terhadap mata uang lain, tergantung pada daya tarik mata uang tersebut
di pasar. Jika permintaan akan sebuah mata uang tinggi, maka harganya akan naik
relatif terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi, perubahan dalam kondisi
politik suatu negara atau menurunnya perekonomian akibat laju inflasi yang
tinggi dan defisit perdagangan, dapat juga mengakibatkan nilai sebuah mata uang
yang stabil jatuh, karena para investor lebih memilih menukarkan uangnnya ke
mata uang lain yang dianggap lebih stabil.
Selama empat tahun ini Indonesia
belum dapat menyelesaikan masalah perekonominya. Berbagai upaya telah dilakukan
agar indonesia keluar dari krisis yang melanda sejak 1997, akibat penurunan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hal tersebut sangat mempengaruhi
semua aktivitas perekonomian seperti: terjadinya kesenjangan antara sektor
moneter dengan sektor riil yang semakin melebar, dari segi permintaan terjadi
peningkatan untuk pembelian dollar di mana cadangan devisa yang digunakan untuk
memasok permintaan tersebut sangat terbatas, adanya proyek-proyek yang sifatnya
konsumtif, waktu jatuh tempo utang swasta yang membengkak. Kondisi semacam ini
semakin memuncak hingga rupiah terperosok pada titik yang terendah.
Kenaikan laju inflasi di Indonesia
mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Pada tahun
1997 laju inflasi sebesar 11,1%, diikuti pula tahun 1998 tingkat inflasi
mencapai 77,36%. Inflasi terjadi akibat
peningkatan para spekulasi terhadap
nilai tukar serta melonjaknya permintaan pasar karena adanya ketidakpastian
harga. Tahun 1999 tingkat inflasi relatif terkendali sebesar 2,01%, sedangkan
pada tahun 2000 tingkat inflasi melonjak kembali melebihi angka yang telah
ditargetkan sebesar 9,35%. Sementara itu tahun 2001 diperkirakan laju inflasi
berada di level 4-6%, juga di tahun 2002 dan 2003 laju inflasi diperkirakan di
level 7-9%.
Upaya yang harus dilakukan untuk
mengatasi tingkat inflasi di indonesia, pemerintah harus mempunyai suatu
kebijakan yang dapat menekan tingkat inflasi dan menciptakan stabilitas moneter
yang merupakan persoalan struktural dalam perekonomian indonesia. Kesemuanya
itu tidak mudah dan memerlukan kehati-hatian yang mendalam. Informasi mengenai
faktor utama yang menyebabkan kenaikan laju inflasi sangat diperlukan sebelum
pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk menekan laju inflasi yang
berlebihan.` Peranan nilai tukar dalam perdagangan internasional, sangat
mempengaruhi apakah seorang investor, importir, pengusaha, maupun lembaga
bisnis lainnya akan melakukan kegiatannya. Sebagai upaya untuk mengetahui
bagaimana suatu nilai tukar valuta asing terbentuk, seseorang perlu
memperhatikan aspek perubahan kurs, sehingga dengan demikian dapat mengestimasi
arah dari perubahan kurs yang akan datang.
Berdasarkan keterangan di atas,
bahwa semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta
tingginya inflasi yang akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat cenderung
meningkatkan konsumsi impornya, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara
nilai ekspor dengan impor. Berangkat dari fenomena tersebut, maka dapat ditarik
judul “Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Kurs Rp/US$ Pasar Valuta Asing Indonesia
Selama Periode Agustus 1997 sampai September 2002”.
Deskripsi Alternatif :
Globalisasi perdagangan bebas diseluruh dunia, yang secara langsung
berpengaruh terhadap kondisi perekonomian suatu negara. Persaingan global
mendorong pemerintah lebih memperhatikan berbagai aspek, khususnya aspek
ekonomi. Era globalisasi sendiri merupakan sesuatu yang positif, dalam
pengertian sebagai proses di mana ekonomi semua negara saling berinteraksi
secara timbal balik satu sama lain, dan dengan demikian memberi peluang bagi
masing-masing Negara untuk mengembangkan dan meningkatkan ekonominya. Proses
globalisasi sendiri dapat diidentifikasikan dalam lima ciri pokok yaitu :
pertumbuhan transaksi keuangan internasional yang cepat; pertumbuhan
perdagangan yang cepat; gelombang investasi asing langsung yang mendapat
dukungan luas dari kalangan perusahaan trans-nasional; timbulnya pasar global;
penyebaran teknologi dan komunikasi yang semakin canggih.
Masuknya Globalisasi di bidang
ekonomi dan informasi tidak dapat dihindari, begitu juga dengan pasar keuangan.
Kemajuan teknologi dan adanya komunikasi yang semakin cepat mendorong terjadinya
integrasi pasar-pasar keuangan diseluruh dunia ke dalam pasar keuangan
internasional. Kemajuam sistem telekomunikasi yang menghubungkan secara
langsung pelaku pasar di
seluruh dunia sehingga transaksi
dapat dilakukan tidak hanya dalam hitungan hari atau jam tetapi sudah menit,
bahkan detik. Perintah-perintah penjualan atau pembelian dilakukan secara
cepat, sehingga banyak perusahaan dan investor dapat memonitor pasar-pasar
global.
Kebanyakan perusahaan-perusahaan
Multinasional berusaha memperoleh dana dari pasar valuta asing, karena dianggap
bisa memberikan dana yang besar. Perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba
menanamkan investasinya pada pasar valuta asing, agar mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Pasar valuta asing ini menjangkau seluruh bagian dunia, dimana
harga-harga mata uang senantiasa bergerak setiap saat. Harga dari satu mata
uang dalam mata uang lain merupakan hasil dari kekuatan penawaran dan
permintaan. Peranan dollar Amerika (US$) di dalam pasar valuta asing memiliki
kedudukan yang khusus sebagai mata uang internasional atau mata uang penggerak
dan mendenominasi transaksi-transaksi internasional.
Pasar valuta asing hanya dipengaruhi
oleh tingkat pembelian dan penjualan untuk mendukung perdagangan yang
sebenarnya dalam barang dan jasa, akan mudah untuk memperkirakan kurs mata uang
asing. Sayangnya, terdapat banyak kekuatan dan motif lain yang mempengaruhi
pembelian dan penjualan mata uang. Arus modal jangka pendek dan jangka panjang
serta pembelian dan penjualan spekulasi merupakan sumber yang besar dari
penawaran dan permintaan akan mata uang asing.
Nilai sebuah mata uang, yakni nilai
tukarnya terhadap mata uang lain, tergantung pada daya tarik mata uang tersebut
di pasar. Jika permintaan akan sebuah mata uang tinggi, maka harganya akan naik
relatif terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi, perubahan dalam kondisi
politik suatu negara atau menurunnya perekonomian akibat laju inflasi yang
tinggi dan defisit perdagangan, dapat juga mengakibatkan nilai sebuah mata uang
yang stabil jatuh, karena para investor lebih memilih menukarkan uangnnya ke
mata uang lain yang dianggap lebih stabil.
Selama empat tahun ini Indonesia
belum dapat menyelesaikan masalah perekonominya. Berbagai upaya telah dilakukan
agar indonesia keluar dari krisis yang melanda sejak 1997, akibat penurunan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hal tersebut sangat mempengaruhi
semua aktivitas perekonomian seperti: terjadinya kesenjangan antara sektor
moneter dengan sektor riil yang semakin melebar, dari segi permintaan terjadi
peningkatan untuk pembelian dollar di mana cadangan devisa yang digunakan untuk
memasok permintaan tersebut sangat terbatas, adanya proyek-proyek yang sifatnya
konsumtif, waktu jatuh tempo utang swasta yang membengkak. Kondisi semacam ini
semakin memuncak hingga rupiah terperosok pada titik yang terendah.
Kenaikan laju inflasi di Indonesia
mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Pada tahun
1997 laju inflasi sebesar 11,1%, diikuti pula tahun 1998 tingkat inflasi mencapai
77,36%. Inflasi terjadi akibat
peningkatan para spekulasi terhadap
nilai tukar serta melonjaknya permintaan pasar karena adanya ketidakpastian
harga. Tahun 1999 tingkat inflasi relatif terkendali sebesar 2,01%, sedangkan
pada tahun 2000 tingkat inflasi melonjak kembali melebihi angka yang telah
ditargetkan sebesar 9,35%. Sementara itu tahun 2001 diperkirakan laju inflasi
berada di level 4-6%, juga di tahun 2002 dan 2003 laju inflasi diperkirakan di
level 7-9%.
Upaya yang harus dilakukan untuk
mengatasi tingkat inflasi di indonesia, pemerintah harus mempunyai suatu
kebijakan yang dapat menekan tingkat inflasi dan menciptakan stabilitas moneter
yang merupakan persoalan struktural dalam perekonomian indonesia. Kesemuanya
itu tidak mudah dan memerlukan kehati-hatian yang mendalam. Informasi mengenai
faktor utama yang menyebabkan kenaikan laju inflasi sangat diperlukan sebelum
pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk menekan laju inflasi yang
berlebihan.` Peranan nilai tukar dalam perdagangan internasional, sangat
mempengaruhi apakah seorang investor, importir, pengusaha, maupun lembaga
bisnis lainnya akan melakukan kegiatannya. Sebagai upaya untuk mengetahui
bagaimana suatu nilai tukar valuta asing terbentuk, seseorang perlu
memperhatikan aspek perubahan kurs, sehingga dengan demikian dapat mengestimasi
arah dari perubahan kurs yang akan datang.
Berdasarkan keterangan di atas,
bahwa semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta
tingginya inflasi yang akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat cenderung
meningkatkan konsumsi impornya, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara
nilai ekspor dengan impor. Berangkat dari fenomena tersebut, maka dapat ditarik
judul “Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Kurs Rp/US$ Pasar Valuta Asing Indonesia
Selama Periode Agustus 1997 sampai September 2002”.
0 komentar:
Posting Komentar